Powered By Blogger

Minggu, 30 September 2012

mulai muak dengan ini
aksara beradu dengan nestapa
kebingungan berkalang kabut
sayu lesu...
emosi jadi luapan eksistensi
tak ada yang bestari
...
esensi tak lagi harmoni
peluh pondasi tak kuat menyangga keseimbangan
sekelumit harapan nyiur menjuntai
timang-menimang rasa
meresah dalam kesah
hati jadi rusuh
tak ada jembar dalam keluasan
ketika cinta sepenuh hati
di resap hanyut di hayati
mending ngopi
matamu merah lebam membiru
wajahmu tertunduk lesu
kau bukan aku sekarang
aku merasa bukan kau yang dulu
yang ku temui waktu itu
sedikit ragu seperti tak pasti
tak berkarisma hilang semangatmu
rasa seperti mati
hilang renyah aroma tawamu
lihat wajahmu pucat pasi
...
diam saja seperti batu
terlihat bosan kau bernyanyi
sedang aku tak tahu isi otakmu
ku telanjangi isi hatimu
kau tampar aku dengan belati
kau gilas rasa ingin tahuku
dan berlalu pergi
hati dan pikiran tak lagi sejalan
ragu takut akan kenyataan
kau tetap aku dulu janganlah sekarang
jadi aku adalah kau yang dulu dan seterusnya
selamat pagi kawan
kabar darimu di dalam botol minuman
rindumu pelan tertuang
dukamu mengeruh dalam cawan
air matamu mulai memabukkan
sebungkus rokok kau suguhkan
pada mimpi yang terbuang
diam-diam dada kau raba
setengah mabuk dengan memaksa
pelan-pelan akhiri duka
...
sampai tuak tak lagi tersisa
sampai bara rokok mati
sampai hilang kesadaran diri
sampai tak terasa suara ayam bangunkan mentari
tak sadar diri di lingkar mimpi
semua terasa mati
jangan ada kemunafikan hati nurani
coba kau pahami biar di maki
menutup mata mengunci telinga
persetan dengan janji
semua tak abadi

Sabtu, 29 September 2012

suaraku serak menjerit
bernyanyi lagu tentang hidupku
tentang jalan cintaku
jari-jariku membiru
memetik tali senar gitarku
memainkan melodi
walau tak semahir kamu
kamu yang mengatur ritme kesadaranku
kamu yang ciptakan lagu tentang aku
sampai hari berganti
...
sampai malam bosan menyatukan nada
sampai angin malam terbangkan mimpi
masih ku bernyanyi dalam hati
dalam kenangan
di pelataran langit
dengan rindu jadi alas permadani
aku terus bernyanyi tanpa jiwamu
tanpa kau dengar tangisanku
namun selalu dengan cinta kepadamu
suara hatiku tak mau ragu
terus bernyanyi
nurani jadi pengisi melodi

Jumat, 28 September 2012

apa kabar senja
langit sore menggiring matahari
di arak mega
di lambai angin
adakah rindumu untukku
atau sudah punahkah cintamu
bahagialah engkau disana
tak perlu ada sesal
tak harus lagi ada prahara
tenanglah kau di lembah asmara
...
bersama kekasihmu menikmati purnama
jalan bergandengan tapi jangan lupa makan
ku tahu kau pasti lapar

ku hanya dapat bayangkan senyummu
tak ku hiraukan apa yang terjadi
rasah berdo'a untukmu
semoga kekasihmu lekas mati
agar ku lihat air matamu
seperti itulah air mata hatiku di setiap waktu
tak pernah terbayangkan
awal akhirnya
menjadi legenda pribadi
dalam tabir diri sendiri
rupanya telah berlalu
rindu tak pernah padu
membuai impian kian dalam
suratan berserakan di tiup angin
tak lagi ada keyakinan
...
seringnya sendiri
mekarkan kilau kekurangan
menunggu gerimis
lepas tak kesempurnaan
segar damaikan cinta sempurna
sesejuk embun pagi

tak ada bayangan
meresapi menikmati meratapi
menjadi legenda pada kesetiaan
sampainya dayung susah payah menepi
sampai terlalu sia-sia tak bergeming
sampai angin malam senang jadi mainan
sampai do'a jadi renungan

ku cinta dia
ku sayang dia
permata seanggun bidadari
ku tak harap pertemuan
ku tak mau dia tak mau
dia mengharap di harap-harap
ku tunggu jadi tak perlu
dia menunggu inginnya mau
akhirnya lepas dari pangkuan
ku tinggalkan
tinggalah berharap kembali pada Tuhan

Rabu, 26 September 2012

rokok di tangan
ciptakan segumpal bayang
kopi di gelas
tiupkan candu pada wajah yang resah
seberapa banyak yang datang dan berlalu
hanya mimpiku yang tak merasa jemu

langit agaknya murung
rasa enggan turunkan hujan
sebentar turun sebentar berhenti
...
terasa berat beban memuara
di hati tak pernah pasti
sabar menunggukah jawabnya
sedang waktu tak memberi kesempatan
lemparkan rasa ingin tahu

bulan hilang dimana
aku harapkan tak datang
aku jadi cemburu

angin berhembus
sepi datang mengajak bercinta
memburu mengaliri nafas
mengacak-acak kepala
memeluk mengelus dada
mencium membelai dengan gelisah
menggigit dengan amarah
menjilat menghisap di telan duka bahagia
telah lama menghantam bertubi-tubi
merintih di tumpukan nyeri
tak kuat muntahlah air mata di hati
teras nikmat ku rasa malam ini
jiwa terkulai lemas
sampai pagi tak peduli
mungkin masih teramat kurang
esok tumpahkan lagi tenggelamkan mimpi
Itu temanmu
temanmu di kala sepi
mendekapmu
menyelimuti kau yang diam
pada waktu lenanya membiru

itulah mimpimu
mimpi melihat bintang
mengharap sinarnya di hati
sedang kau paksa hujan
...
sampainya badai mengoyak jiwamu

itu deritamu
menangis dalam batin
getarkan hatimu
justru hanya bayang kau rengkuh
bulan tak punya mulut
angin hanya merayap didaun telingamu
tak ada tautan tentang cintamu

itu sesalmu
ketika semua menghilang
tinggal keluh kesah kau sampirkan
sampai senja munculkan purnama
sampai hujan terbitkan pelangi

itu harapanmu
pada do'a malam-malamu
kau sampaikan penuh haru pada Tuhanmu
menunggu waktu menjawab asamu
sampai kau tak tahu
mengapa kau rindu
lihat mataku
aku bayangmu

Senin, 24 September 2012

Jika terpaksa
maaf ku jilat hingga setetes di kepala
jika terpaksa
ku telan bulat-bulat ke kerongkngan
lalu merebah seperti layang-layang
seperti melihat surga di awang-awang
...
terus terbang melintas batas
terus terbang melebihi kenyataan
gundukan batu seperti awan
air mata seperti pelangi
ku larikan gambar-gambar kenyataan
di kawal setan yang menjelma bidadari
pelan menarik jiwaku
di basuh lukaku dengan lembut
dengan jutaan warna
hingga aku lupa
lunglai setengah tiang
tersungkur dengan nyala api rokok di tangan
hingga esok bias mentari mengguyur
bangunkan aku dari mimpi
dan sakit lagi

Sabtu, 15 September 2012

ketika rasa sesal mengganggu
hanyalah bisa mengelus dada
seirama retaknya cerminan hati yang keruh
malam hari datanglah kembali
diam memangku angan
terasa renyah ampas kopi
terhisap dalam dalam tembakau berasap
walau hati terasa tersisih
lelahku rasa menggila
berderap rasa kecewa
...
ketika rasa sia-sia meraih langit yang biru
gelombang membuyarkan langit mendung
tak ada nada berbicara warna cintanya
malam gelap diam
tak ada makna terurai
ingin rasanya menerjang saja
berlari dan pergi
ingin rasanya melupakan semua
tinggalkan ini dengan yang anyar
menikmati semua tanpa tanya
sampai dapatkan sesuatu yang di mau
walau setetes biarlah berarti

Jumat, 14 September 2012

malam kembali tiba
aku datang dengan harapan
irama menjuntai merdu
nampak ramai riuh bertalu

apa kabar wajah duka
aku tak lupa kala kita bercinta
terasa angin bergelombang
tapi samudra diam tak bergeming
telah lama kau menemani
...
aku tak pikir kapan berakhir
sebab kau bagianku
biru hitam temaram masa lalu
aku ingat itu

malam teruslah mengalir
tak perlu canggung dalam bergerak
nyanyianmu di telaga sunyi
ini mimpi tak ada yang abadi

Rabu, 12 September 2012

sampai kapan ku berada disini
hampa panas gelisah tak tenang
dimana angin
kenapa tak datang hari ini
dimana angin
kenapa tak beri kabar
dimana angin
aku bertanya kepada siapa ada angin
angin di atas gunung
aku karam di dalam laut
...

di luar jendela ada mereka
mereka tak tahu aku siapa mereka
teman mereka
dimana temanku
saudara mereka
dimana saudaraku
keluarga mereka
keluagaku jauh dimana
kekasih mereka
dimana aku tak punya mereka punya
aku punya apa... kelam mimpi indah
dimana yang ku punya
dendam amarah di hati ada air mata

angin ada dimana
haruskah ku pergi mencari kepada mereka
angin ada dimana
yang ada air mata sebagai tumpuan hati
aku diam dimana
tak ku dengar kabar angin dari mereka
ini malam sepi
siapa punya malam ini
tak sama malam dihatiku di hati kamu-kamu
ada malam redup
ada malam keluh kesah
gelapnya malam-malam
jenuh malam tak berlalu
jika malam terus bermalam
malam tak hadirkan siang
jika siang ku buru malam
...
ada malamnya malam
gelap malam sampai malam
ada cahaya malam
bintang malam bulan tak datang
di ganti angin malam
di sambut kupu-kupu malam
di dalam gerbong kereta malam
kuda liar membelah malam
ke titik puncak malam
sampai masih malam
hingga tak mau pulang malamku bersama malam
ini malam belum selesai
malam ini aku lelah nian

Selasa, 11 September 2012

Jangan hanya diam
telanjangilah aku
agar kau tahu isi hatiku
jilati awan hitam putih
hisap habis hujan yang jatuh dari pelangi
tak kuat lagi amarahku
sungguh aku cinta kau
tak ada lagi gairah jiwa ini
sejari tangan saja enggan menyentuh
tapi bayang-bayang slalu memanggil-manggil
serasa di tampar jika dekat
ketika jauh di tikam dalam
memang tak pernah di kenalkan
hingga akhirnya memang tak pernah di kenal
bersikap selembut kapas mudah terbakar
tak ada sisa arang
bersih ringankan beban
...
seperti lagu cinta yang bercinta
bersyukur dalam bertutur
tak semudah memainkan catur
tak banyak teori
hanya pemahaman dari hati diri sendiri

rasanya ingin tidur saja
sebelum datang rasa lapar
tapi harus minum untuk mengusir rasa lapar

Minggu, 09 September 2012

Kemana ku berjalan
dimana ku berada
kesedihan seolah telah terpatri dalam hati
selalu saja ia mengikuti bayang matahari
juga mata bintang-bintang malam
tak ada tempat
tak pernah sempat mengelak
apa lagi bersembunyi
diamlah di sumber air mata

...
Tuhan mengapa ku habis kata-kata
mengapa hujan dari langit
ketika matahari kembali dari awan
mengapa mendung di balik purnama
ketika bintang selalu memandang

Tuhan Maha Tahu Engkau
hati ini tak pernah dusta
cinta ini Kehendak-Mu abadi
biarlah tak tertaut
redamlah duka hati melara

Sabtu, 08 September 2012

Masih tak bisa berhenti rindu
tiap kali ku lihat gambarmu
tiap itu juga ku menyebut namamu
andainya ku mampu
ingin aku bersamamu
ku tak mampu
memaksakan hasrat bersamamu
membuatku bermimpi tentangmu

andainya kau menjawab cintaku
...
ku sampaikan ini pada orang tuaku
ini bukan pacarku
ini calon mantumu

duka ini membosankan
keluh kesah tak jua pergi
rindu tak sama langit biru
cintaku biasa tak ada lebihnya
Iki opo
rasane koyok di jeduke tembok
di untang-anting ora genah parake
kroso di gecek
terus di uleg
koyok sambel trasi
mbulat-mbulat banyu umup
mongah-mongah mowone sate
ora karuan wernane
ning ora weruh bentuke

Jumat, 07 September 2012

Dalam hati slalu menangis jika ingat dirinya
sulit ku hilangkan bayang wajahnya
seluruh sukmaku lara
namun ia tak pernah merasa
ingin ku matikan cinta
melupakan bayangnya betapa susahnya
gelora samudra tak pernah reda
kejamnya badai menerpa
mendamba bunga terlanjur dipetik orang
namun akhirnya di sia-siakan
...
rasa tak rela ku melihatnya
tapi ku sadar siapa aku ini
tak ingin sakit hati lagi apa lagi menyakiti
andai memang tak cinta
biar kering mendamba
ku harap melupakan cinta kepadanya
walau ku tak bisa berhenti memikirkan dia

Kamis, 06 September 2012

Masih teringat waktu itu
senyum yang mendayu-dayu menyambutku
pandangan sisa hujan dibias mentari senja
pesona wajahnya bayi bergizi ditete sang ibu
ada kamu waktu itu
menuju rumah Tuhan memburu waktu
menempatkan diri
bersamamu waktu itu
ku takuti bayangan diri sendiri
di dekatmu berdiri
...
mengintai senyum sabit di awal bulan Syawal
tak berdayanya aku dalam tatapmu
separuh jalan kita bertemu
kau lempar cahaya kelangit
menutupi kedukaanmu yang penuh sembab
janganlah ada kesedihan di dirimu
karena itu membuat ku menangis
senyum semangat tertawalah kamu
karena itu membuatku bahagia
malam kian berlalu
hadirmu membawa damai
namun kau harus pulang pada ibumu
tak lepas mengikuti punggungmu yang berlalu
senang berjumpa kamu
sedih berpisah denganmu
semoga kan bersua kembali

Aku ingat itu, kamu...

Masih ku ingat senyummu menjabat padaku awal kita jumpa. Tatap mata itu, seperti itukah tatap bidadari kepada lawan jenisnya? Raut wajah itu, sama halnya seperti wajah bayi gemuk dengan gizi yang cukup.
Masih ku ingat itu, kau lipat mukena dan meninggalkan masjid dengan tertunduk. Yang jadi pertanyaan, ada apakah dengan jiwa dan hatimu? Ku tak jadikan soal, pastinya aku bahagia denganmu.
Masih ku ...
ingat itu, lajumotormu tak sungkan membelah malam. Takut akumenawarkan sesuatu kepadamu, tolakmu tak perlu.
Masih ku ingat itu, ku takuti bayanganku sendiri di dekatmu berdiri. Burung hantu mengintip di separuh jalan kita bertemu, di tengah lapang kota di waktu pengamen menghampiri.
Masih ku ingat itu, yang ku takuti terjadi. Setelah kau lempar cayaha kelangit, cepatnya waktu bertemu kau pamit pulang ke pangkuan ibumu. Sedih menjabat tanganmu, bahagia melihat senyummu. Tak pernah ku lupa itu...

Selasa, 04 September 2012

Kemana pun bawalah aku
meski menelan jalan-jalan kota Jakarta
bawalah aku ikut serta hatimu
biar ada korban untuk cinta

lihat mataku, sambut salam untukmu
bacalah hatiku, kabar cita kasihmu

ajaklah aku menikmati hujan
padahal musim kekeringan
...
anggap ini gila
ajaklah aku dalam bercinta
biar saja kau tak cinta
bersamamu aku bahagia

tersenyumlah
untukmu mahkota mawar putih dariku
dosa dan cintaku rindu kepadamu


Senin, 03 September 2012

Dasare wayah bengi
mbok menowo isih biso nyawang mbulan
nalika sumilire angin nggawa kidunge sepi
mbok menowo impenku ketemu
paring bungah saksela-selaing dada
dadosipun sajak kebak sak jroning jembare segoro
nembang sekar lukitaning raga

nanging bulane ndlesep ning mburi mendung
awang-awange peteng ndendet
...
pewayang ilang watesing penyawang
pedhut kebak ngaling-ngalingi netro
dadose mung luh lan getih tekaning lamur
ngegambar katresnan kang ngrerintih
nyesek ning dada
nylesep ning ati
pengangen mokal dadi nyata

Sabtu, 01 September 2012

Dalam aku bimbang
tiada dapat ku membeda
tiada dapat ku memilih
mana harus ku putuskan
pada yang membahagiakan bahagiamu
seakan pijakan tak lagi sudi
cinta tak ada kesempatan berkata
rasa tak percaya dengan putusan hatimu

dalam hati hanyut
...
gelisah di rundung bimbang
aku pasrah pada kerinduan
betapa sesal sari layu di tangan
reda khayalan cinta bersenandung
betapa sakit sesak di dada
mohon ampun untuk cinta-Nya

dalam aku termenung
pesonamu sampai ke sukma
menggugah jiwa hidup bersamamu
tak dapat ku lupakan
walau jauh tetap terkenang
rasa merana dalam asmara
mengerti dosa mencintaimu
maafkanlah jiwa yang tersiksa

dalam aku derita
cinta membuat terlena
lembut debur ombak samudra
sadarkanlah
ku tak mampu
tiada daya ku curahkan ketulusan
cinta hanya angan yang bersemayam
sebelum ikhlasmu...
ku pendam ini dalam hati

masih dalam terluka air mata
getar gejolak tak pernah damai
tak tentu purnama terkenang
kering lidahku sebut namamu
hapuskanlah lukanya hatiku

Ini yang terakhir