Berhentilah menuliskan sesuatu tentang cinta
padamkan amarah rindunya
biarlah pergi cinta itu pergi
biar saja apa adanya sendiri
karna cinta buta begitu kejam ketika menyakiti
...
Berhentilah menyampaikan sesuatu kepadanya
memasang keindahan yg kau buat-buat
bertemu dan membelai wajahnya
karna cinta bukan bidadari
...
Berhentilah untuk cinta yg sia-sia
berkorban hati dan rasa
meneriaki dan menangisinya
karna cinta tak selamanya dalam keindahan
...
Berhentilah kepada cinta yang berdusta
memaksakan kehendak tanpa nurani
memuaskan birahi dalam ruang kosong penuh dosa
mengikuti dan memanjakan sifat haus sekarat sebab cinta
karna cinta lebih indah ketika ada restu dan faidah yang mengikat bersamanya
...
Kamis, 24 Maret 2011
Sama
Malam yang sama
malam yang tetap sama
tanpa ada perubahan
malam tanpa ada beda
fajar terjaga
dengan suasana yang sama
hingga pagi
hingga matahari terbit membawa kabar yang sama
tak ada beda, semua tetap sama
semua nampak sama, tak pernah berubah
terus terulang dan terulang
begitu seterusnya tetap sama
dimataku dan dimataku
malam yang tetap sama
tanpa ada perubahan
malam tanpa ada beda
fajar terjaga
dengan suasana yang sama
hingga pagi
hingga matahari terbit membawa kabar yang sama
tak ada beda, semua tetap sama
semua nampak sama, tak pernah berubah
terus terulang dan terulang
begitu seterusnya tetap sama
dimataku dan dimataku
Selasa, 22 Maret 2011
Menantang Sendiri
Tak kusesali menyendiri
menyepi dari belantara suara yang berulang menggema
tiada derap langkah kaki-kaki yang berdansa
tanpa obrolan kosong dimeja makan
Ku nikmati sepi
melintas burung hitam kulitnya
saat ku makan, saat ku minum
tak ku hiraukan jeritan hati
aku mendengarnya
aku menyadarinya
seperti yang mereka tau
Menatang sendiri seolah kayu tua melapuk
samar ku gambarkan sebagaimana rupanya
kenyataan memaksaku menyudut dari segala tatap keindahan
tanpa cinta, tanpa rasa
menyepi dari belantara suara yang berulang menggema
tiada derap langkah kaki-kaki yang berdansa
tanpa obrolan kosong dimeja makan
Ku nikmati sepi
melintas burung hitam kulitnya
saat ku makan, saat ku minum
tak ku hiraukan jeritan hati
aku mendengarnya
aku menyadarinya
seperti yang mereka tau
Menatang sendiri seolah kayu tua melapuk
samar ku gambarkan sebagaimana rupanya
kenyataan memaksaku menyudut dari segala tatap keindahan
tanpa cinta, tanpa rasa
Larikan Cinta
Jangan katakan cinta yang membuatku terluka
jangan ciptakan rindu yang membuatku menangis sendu
Cinta yang lalu pergi
cinta yang terindah yang pernah memelukku
cinta yang tak abadi hilang dihempas helai udara
cinta yang pahit dihati pun menyiksa
Terserah cinta melangkah
setiap jengkalnya tercatat dalam buku memori
menjadi kenangan pahit sesaat ditinggalkanmu
jangan ciptakan rindu yang membuatku menangis sendu
Cinta yang lalu pergi
cinta yang terindah yang pernah memelukku
cinta yang tak abadi hilang dihempas helai udara
cinta yang pahit dihati pun menyiksa
Terserah cinta melangkah
setiap jengkalnya tercatat dalam buku memori
menjadi kenangan pahit sesaat ditinggalkanmu
Kepada Sang Putra
Nafasmu sesak seolah terkena asma
berjalan merangkak kau percepat jantung berdetak
bibirmu kering pecah mengelupas
terjenuh lesu wajahmu murung
Hai sang putra...
kau tantang jaman dengan tangan kosongmu
kau ajak beradu waktu untukmu tuju bayang semu
kau setubuhi jalanmu digoa gelap berlumut
Hai sang putra...
persiapkanlah perisai dan pedang ditanganmu berjaga
tegakankanlah wajahmu menatap mimpi yang kau pacu dengan waktu
keluarlah kau dari mulut goamu yang gelap dan tatap cahaya
jejakmu tertinggal sebagai kenangan klasik untuk dilupakan
terhapus bagai istana pasir ditelan pasang surut air laut
Kepadamu sang putra, amanah
berjalan merangkak kau percepat jantung berdetak
bibirmu kering pecah mengelupas
terjenuh lesu wajahmu murung
Hai sang putra...
kau tantang jaman dengan tangan kosongmu
kau ajak beradu waktu untukmu tuju bayang semu
kau setubuhi jalanmu digoa gelap berlumut
Hai sang putra...
persiapkanlah perisai dan pedang ditanganmu berjaga
tegakankanlah wajahmu menatap mimpi yang kau pacu dengan waktu
keluarlah kau dari mulut goamu yang gelap dan tatap cahaya
jejakmu tertinggal sebagai kenangan klasik untuk dilupakan
terhapus bagai istana pasir ditelan pasang surut air laut
Kepadamu sang putra, amanah
Anak Macan Yang Tersesat
Oh kasian anak macan berjalan sendirian, menembus semak-semak menginjaki batu-batu kali.
Oh kasian anak macan tersesat dihutan, lepas dari induknya yg ia tak tau dimna berada.
Oh kasian anak macan kedinginan, hujan lebat membuatnya lapar memaksa nurani mencari buruan.
Oh kasian anak macan kelelahan, tiada pengayoman dan sandaran selain kayu yg menjulang gagah disekelilingnya.
Oh kasihan, anak macan yg sendiri...
Oh kasian anak macan tersesat dihutan, lepas dari induknya yg ia tak tau dimna berada.
Oh kasian anak macan kedinginan, hujan lebat membuatnya lapar memaksa nurani mencari buruan.
Oh kasian anak macan kelelahan, tiada pengayoman dan sandaran selain kayu yg menjulang gagah disekelilingnya.
Oh kasihan, anak macan yg sendiri...
Bayanganmu nampak tak bisa ku sentuh
ntah kata apa yg mengikat jiwamu
sempat goyahkan hasrat rindu yg lalu
palingkan harapan hati yg bertanya-tanya
ku milikikah sesuatu yg ku genggam?
Ku hisap dalam rokokku
kepala yg mendongak menusuk langit
tak padamkan ujung mata api yg menyala
sejenak berkedip...
Harmonika menyumpal mulutmu
bernada tak berkata
seolah berteriak memanggil Tuhan
sadarkan hati...
Tiada senja dihati
nampak embun pagi didaun talas
mengerang ditepi helaian karang
menua mengerut kulit dahimu
Ada paduan suara menanti bersama melati
yang membelah tangisan diakhir parade
mengiringimu...
ntah kata apa yg mengikat jiwamu
sempat goyahkan hasrat rindu yg lalu
palingkan harapan hati yg bertanya-tanya
ku milikikah sesuatu yg ku genggam?
Ku hisap dalam rokokku
kepala yg mendongak menusuk langit
tak padamkan ujung mata api yg menyala
sejenak berkedip...
Harmonika menyumpal mulutmu
bernada tak berkata
seolah berteriak memanggil Tuhan
sadarkan hati...
Tiada senja dihati
nampak embun pagi didaun talas
mengerang ditepi helaian karang
menua mengerut kulit dahimu
Ada paduan suara menanti bersama melati
yang membelah tangisan diakhir parade
mengiringimu...
Suoro Jagat Wengi
Kaweruh ananing jagat wengi
midanget lelagon nganten ngademke ati
tumrape kabecik saking sabdo kang wes pudar
sesepisan dadi mruntus ngubahake banyu
utowo mutusake sorote serngenge
Taseh ono pangucapan suoro
dateng sowane tetemu daleme fajar
ing nggriyo lir ilir tanpo kamulyan
ngenteni kersanipun suwiji
ingkang dadi sekabehane ketetepan
manggehaken dateng sedoyo
midanget lelagon nganten ngademke ati
tumrape kabecik saking sabdo kang wes pudar
sesepisan dadi mruntus ngubahake banyu
utowo mutusake sorote serngenge
Taseh ono pangucapan suoro
dateng sowane tetemu daleme fajar
ing nggriyo lir ilir tanpo kamulyan
ngenteni kersanipun suwiji
ingkang dadi sekabehane ketetepan
manggehaken dateng sedoyo
Minggu, 20 Maret 2011
Beban gelap ku pikul malam ini.
Sampai subuh menjelang belum terlepas dari genggaman tanganku.
Iringan suara hewan malam mengiringi.
Di intip setan jahanam dibalik pepohonan.
Mengendus nafas yang kelelahan.
Tak ringan resiko menanti di pertikungan jalan.
Hanya disela asap rokok otakku berfikir tentang hasil.
Menutup hutang dan kebutuhan.
Maaf... mataku yang buta!
Bayanganmu nampak tak bisa ku sentuh
ntah kata apa yg mengikat jiwamu
sempat goyahkan hasrat rindu yg lalu
palingkan harapan hati yg bertanya-tanya
ku milikikah sesuatu yg ku genggam?
...
Ku hisap dalam rokokku
kepala yg mendongak menusuk langit
tak padamkan ujung mata api yg menyala
sejenak berkedip...
Harmonika menyumpal mulutmu
bernada tak berkata
seolah berteriak memanggil Tuhan
sadarkan hati...
Kamis, 17 Maret 2011
Memandang bulan sabit tersnyum, tidak denganku yg gelisah tanpa mu.
Sapa bintang fajar paling terang,berbeda dengan ku yg muram merindumu.
Terbit mentari pagi hari, tiada ku tatap bening embun matamu.
Beri kabar pd ilalang, tanpaku sentuh hangat belaimu.
Dengar harmoni suara alam, tak ku dengar tanpa bisik kasihmu.
Bawa beserta angin mendera, tak kembali kau dalam pelukku.
Hisap aroma melati, hanya rokok teman malam ini.
Sapa bintang fajar paling terang,berbeda dengan ku yg muram merindumu.
Terbit mentari pagi hari, tiada ku tatap bening embun matamu.
Beri kabar pd ilalang, tanpaku sentuh hangat belaimu.
Dengar harmoni suara alam, tak ku dengar tanpa bisik kasihmu.
Bawa beserta angin mendera, tak kembali kau dalam pelukku.
Hisap aroma melati, hanya rokok teman malam ini.
Untuk Mereka
Yg berjalan seperti mata elang
tegas jari telunjuk memilih arah
kenyataan hanyalah kebohongan
Yg pandai mengolah kata menjadi rasa
lantang suara teriakannya
kenyataan hanyalah topeng
Yg mengaku kuat
memikul beban & menahan air mata
kenyataan hanyalah sandiwara
Jasadnya t' ubah seperti asap rokok
sekali tiup hilang dibawa angin
Umurnya t' beda jauh dgn jagung
menunggu tua untuk ditebas batang usianya
tegas jari telunjuk memilih arah
kenyataan hanyalah kebohongan
Yg pandai mengolah kata menjadi rasa
lantang suara teriakannya
kenyataan hanyalah topeng
Yg mengaku kuat
memikul beban & menahan air mata
kenyataan hanyalah sandiwara
Jasadnya t' ubah seperti asap rokok
sekali tiup hilang dibawa angin
Umurnya t' beda jauh dgn jagung
menunggu tua untuk ditebas batang usianya
Kageman Roso
Meniko kang aran ati katresnan
meniko kang kaciptane roso
Kerungu tembang langgem suoro lelagune
werno-werno becik disawang gambarane
Kawelas roso midanget dawohe ati
kang cipto jiwa, angsal kasembuhan saking nelongso
lumprah...
Ing tembung syaire meniko wonten kekangen
keatur saking pangendiko isi suci
kang kawujud sanding dateng kasihe
utawi kaumbar saking wengi
kang dadi tumindak'e kekarep dungo
meniko kang kaciptane roso
Kerungu tembang langgem suoro lelagune
werno-werno becik disawang gambarane
Kawelas roso midanget dawohe ati
kang cipto jiwa, angsal kasembuhan saking nelongso
lumprah...
Ing tembung syaire meniko wonten kekangen
keatur saking pangendiko isi suci
kang kawujud sanding dateng kasihe
utawi kaumbar saking wengi
kang dadi tumindak'e kekarep dungo
Biarlah Sudah
Hari t'lah berlalu
hari kemari tak akan terlupakan
hari esok dalam perencanaan
Mata yg lelah biar terpejam
...merebah melintas kedamaian
diwaktu yg tak tentu
disudut kata yg membisu
Usah sapa kepadaku senyuman
bibir tipis merah muda yg menggoda
buatku sakit jika menelannya
lupakanlah...
Bermimpi sendiri
pada beban tak berisi
menunggu bunga semak merindu
cintanya sakit mata sendu
usah menyangkal...
hari kemari tak akan terlupakan
hari esok dalam perencanaan
Mata yg lelah biar terpejam
...merebah melintas kedamaian
diwaktu yg tak tentu
disudut kata yg membisu
Usah sapa kepadaku senyuman
bibir tipis merah muda yg menggoda
buatku sakit jika menelannya
lupakanlah...
Bermimpi sendiri
pada beban tak berisi
menunggu bunga semak merindu
cintanya sakit mata sendu
usah menyangkal...
Minggu, 13 Maret 2011
Untukmu Pendusta
Harus ku percayai walau detak jantung menyangkal
harus ku akui meskipun hembus nafas menghela
Perut yg lapar diserambi malam
atau ingus yg meleleh didinginnya hujan
Tak ada tempat berkaca
...hanya keruh jejak si malang
Kardus tua pengayoman
koran bekas alas si pencari makan
Logam recehan lagu lama
iringan tepuk tangan si bocah
Hanya mimpi dibalik layar
bukan kebohongan disela cerita
Hai, pendusta...
Samakan wajahmu dengan mereka
pantas tongkat kayu jadi musuh
adili penyuruh sandal bersebelahan
jangan lukai si bocah digoda tangisan
tundukan wajahmu dalap cipta
pantas sama dahimu dibawah lutut mereka
Hai, pendusta...
Surati petinggi mati ditengah
kepalan tanganmu tak pantas kau ajukan
tak seharusnya cacian jadi air mata
hingga keras balok kayu menyisakan luka
Hai, pendusta...
harus ku akui meskipun hembus nafas menghela
Perut yg lapar diserambi malam
atau ingus yg meleleh didinginnya hujan
Tak ada tempat berkaca
...hanya keruh jejak si malang
Kardus tua pengayoman
koran bekas alas si pencari makan
Logam recehan lagu lama
iringan tepuk tangan si bocah
Hanya mimpi dibalik layar
bukan kebohongan disela cerita
Hai, pendusta...
Samakan wajahmu dengan mereka
pantas tongkat kayu jadi musuh
adili penyuruh sandal bersebelahan
jangan lukai si bocah digoda tangisan
tundukan wajahmu dalap cipta
pantas sama dahimu dibawah lutut mereka
Hai, pendusta...
Surati petinggi mati ditengah
kepalan tanganmu tak pantas kau ajukan
tak seharusnya cacian jadi air mata
hingga keras balok kayu menyisakan luka
Hai, pendusta...
Selasa, 08 Maret 2011
Jalan Ingatan
Aku selalu berjalan sendiri
ketika aku menengok kebelakang, semua terasa jauh
meski begitu aku terus berjalan, itulah kekuatanku
biar ku tak takut pada apapun
biar mereka hidup sendiri-sendiri
biar mereka hidup dengan ingtanya
biar ku berjalan untuk suatu yang ku cintai
biar ku bisa tertawa walau kesepian
biar sembunyi ku simpan air mata
angin akan berhembus pelan suatu saat nanti
dan kecemasanku akan berhenti
aku mulai lapar, apa itu?
datang bersama suara yang lembut
aku selalu berjalan sendiri
adakah yang menunggu?
orang-orang akan hidup sendiri suatu saat nanti
dan bersama kenangan mereka masing-masing
suatu saat aku akan hidup disuatu tempat
dengan ingatan yang ku lewati bersama semua itu
suatu saat aku tak lagi merasa mampu
apakah aku akan menangis?
Puntung
Puntung tak banyak bicara tentang aku yang lapar
disetengah jiwanya hambar
bercorak hitam dipelupuk kepala
kusam baju lama tak tergantikan
.
Puntung apa hendak dikata
caci si raja anggapan celoteh busuk
tiada halangan jalan menjaga
ia dalam lapar
.
Puntung tetap puntung
nama tak asing si pemungut sampah
dari lubang satu hingga perapian
kehangatannya tak disama ratakan
puntung kedinginan
disetengah jiwanya hambar
bercorak hitam dipelupuk kepala
kusam baju lama tak tergantikan
.
Puntung apa hendak dikata
caci si raja anggapan celoteh busuk
tiada halangan jalan menjaga
ia dalam lapar
.
Puntung tetap puntung
nama tak asing si pemungut sampah
dari lubang satu hingga perapian
kehangatannya tak disama ratakan
puntung kedinginan
Aku-Dan-Mungkin
Kata-kata tak bisa merubah
penyebut bukan pelaku dari pembilang
penyebab terjadi atas dasar kultur akibat
dan aku tak mungkin menjadikannya satu
Selang jarak kini adalah pemisah
pertemuan dalam persimpangan bukan untuk ku pilih
sampai perpisahan untuk ku tak mungkin jadi pilihan
Bukan hasrat ego dipeluk mata membumbung
pengakibatan cerita diakhir bertuliskan Cita
karenanya sebab aku tak mungkin adalah pendusta yang bersembunyi dibalik alur
jika pun itu aku-dan-mungkin biarlah menjadi isyarat
penyebut bukan pelaku dari pembilang
penyebab terjadi atas dasar kultur akibat
dan aku tak mungkin menjadikannya satu
Selang jarak kini adalah pemisah
pertemuan dalam persimpangan bukan untuk ku pilih
sampai perpisahan untuk ku tak mungkin jadi pilihan
Bukan hasrat ego dipeluk mata membumbung
pengakibatan cerita diakhir bertuliskan Cita
karenanya sebab aku tak mungkin adalah pendusta yang bersembunyi dibalik alur
jika pun itu aku-dan-mungkin biarlah menjadi isyarat
Minggu, 06 Maret 2011
Jangan Takut Sendiri
Apa lagi yang harus di tuliskan kebahagiaan
seketika air mata kering dilanda musim asmara
cinta yang dangkal diinjak kaki ketiga
membuat tenggelam kata-kata untuk mengartikannya
Neraka kecil diinti kerak rindu
malam penampungan jeritan lahar yang meleleh
tiada suara, merasa pun tak kuasa
melebur melepuh, jikapun bisa tidak untuk menyentuhnya
Biarlah malam ini ku tidur tenang
tanpa perisai pelindung hujaman cambuk kenangan
dan biarkanlah subuh datang
membangunkan dan mengajak ku bergelut dengan keringat kehidupan
seketika air mata kering dilanda musim asmara
cinta yang dangkal diinjak kaki ketiga
membuat tenggelam kata-kata untuk mengartikannya
Neraka kecil diinti kerak rindu
malam penampungan jeritan lahar yang meleleh
tiada suara, merasa pun tak kuasa
melebur melepuh, jikapun bisa tidak untuk menyentuhnya
Biarlah malam ini ku tidur tenang
tanpa perisai pelindung hujaman cambuk kenangan
dan biarkanlah subuh datang
membangunkan dan mengajak ku bergelut dengan keringat kehidupan
Asap Rokok
Asap rokok selimut mimpi
mengalur corak berimajinasi
mengalun lembut dimalam sunyi
sampai takdir membuatnya mati
...Asap rokok teman setia
diam mendengar ocehan setiap kata
tiada cemburu empunya mendua
jikalah tak sedap ditinggalkan pun rela
sadar diri akan siapa dirinya
Asap rokok putih melayang
terlihat mata begitu gamblang
semrawut bentuk dalam terawang
dibawa angin ia hilang
asap rokok yang malang
Kuda Besi Tua
Kuda besi hitam tua
digarasi balutan sarang laba-laba
lampu pijar tk cukup menerangi
ia kulit tua yg sendiri
...Kuda besi mesin tua
gerak pelan menyematkan hati
berperasaan mungkin dikubur mati
tanpa peziarah menabur bunga
hingga salam akhir ditutup do'a
Kuda besi tinggal nama
tak berharga sepadan untuk dibeli
tak lagi membuka mata melihat hari
tak berwarna seolah pelangi
hingga kuda tua ntah jadi apa
digarasi balutan sarang laba-laba
lampu pijar tk cukup menerangi
ia kulit tua yg sendiri
...Kuda besi mesin tua
gerak pelan menyematkan hati
berperasaan mungkin dikubur mati
tanpa peziarah menabur bunga
hingga salam akhir ditutup do'a
Kuda besi tinggal nama
tak berharga sepadan untuk dibeli
tak lagi membuka mata melihat hari
tak berwarna seolah pelangi
hingga kuda tua ntah jadi apa
Rabu, 02 Maret 2011
Apa yg harus di lakukan oleh jiwa yg sendiri, sedangkan rohnya menggembala air mata.
Pikirannya kalut, hati kusut seperti benang wol sisa sulaman.
Rindunya bernisan batu di taman pemakaman cinta.
Kesetiaannya ternoda oleh dusta kekasih yg mendua.
Esok pernikahan milik pembohong yg menganggap cinta itu buta.
...Dibawah megah pesta ada ia yg dieksekusi derita.
Hingga cinta baru dapat merasakan keberadaannya.
Langganan:
Postingan (Atom)