intuisi berbisik pada hati di pagi yang berusia dini
diantara embun yang singgah diujung daun basah
lukisan melintang terang diawal bertabur bintang
ada cerita dibalik lembayung
tentang hidup yang selalu terpaut redup
ia mengalir dan tersirat penat tanpa isyarat
Rabu, 31 Desember 2014
Sabtu, 27 Desember 2014
Sukmaku hilang pada secawan arak
Diruang yang cukup luas untuk berbicara
Tiupan nafas dipagihari
Dari bentangan langit-langit
Memenuhi bejana-bejana kosong
Yang bayangnya bait-bait puisi lahir
Lihat permai rupamu
Dipandang mata dikenang hati
Diruang yang cukup luas untuk berbicara
Tiupan nafas dipagihari
Dari bentangan langit-langit
Memenuhi bejana-bejana kosong
Yang bayangnya bait-bait puisi lahir
Lihat permai rupamu
Dipandang mata dikenang hati
Minggu, 14 Desember 2014
Apa kabar malammu? Malamku telah disekap kerinduan dan dirajam kesenduan
rintik-rintik hujan. Semoga ada dunia lain untuk kita bersama.
Sabtu, 06 Desember 2014
Dan kau berbaring di altar pilu bergaun rajutan sepi bermahkotakan angan
bertabur sejuta bunga kenangan datanglah siapa saja yang meniti jalan
kembali tanah mulai gembur awan berarak berlomba menghapus air matamu
suara angin bergegas sebut namamu.
Rabu, 03 Desember 2014
Seekor burung melintas langit kelabu dan menjelma senyummu. Do'aku
menguap tertabah menyusun kata dari balik matamu. Bulan menjadi siluet,
rintik hujan jatuh dipunggungmu.
Langganan:
Postingan (Atom)