Penyair, masih duduk tenang dalam bening tetes air matanya
…Sederhana
Tenang dengan mata sayup
menggenggam sebuah sajak
Tenangkan hati
Senyap
Di antara lorong hati yang beku
Sendirinya…
Menanti pelangi di senja hari
Di antara jejak hujan yang membasahi pijakan kaki
Hingga petang tlah menggantikanya
tenggelam dalam kata kata yang bermakna tanpa batas terhanyut dalam tulisan maut… tertawan….pesona tak berupa
Malam…
Dingin menghujam jiwa
Sendiri dalam kepiluan
Menunggu pagi
Tak henti harapan pada pelang i
Kesunyian pagi mendera
Nyanyian… burung kecil tak lagi merdu terdengar…
Kabut putih
Menghalangi pandangan penyair
dibalik kabut ada yang di cari…..
Embun bergayut di daun
Enggan menetes…
Berkilau diintip mentari di balik daun
Diam,
Penyair di balik kaca
Masih tersimpan sajak di hati
Mendengar nyanyian sang sunyi
Mentari mengintip di balik awan galap
Cahayanya menembus dalam jiwa
Ada sedikit kehangatan membalut tubuh
Tertunduk langkah kaki
Sebelum nafas terakhir terhembus
Kembali,
Menunggu
Menunggu pelangi datang
Dan syair
Masih tergenggam erat
“Pelangi…
Akankah kau datang padaku
Di sini ku menunggumu
Membawa syair terakhir untukmu
Sebelum ajal menjemputku
Tahukah engkau
Dalam munajat malam
Ku pinta pada-Nya
Agar kau bisa menyapaku walau sekilas mata
Wahai pelangiku…
Aku rindu lagumu…. Aku rindu bisik lembutmu…. Aku ingin membangun mimpi bersamamu ….
…
Setengah hari dalam kesendiriian
Langit menangis
Deras air mengalir
Membasahi rumput hijau yang bersemi
Lemas
Menutup mata
Akankah kan tertelan kembali Hari yang kemarin
Dan hari-hari sbelumnya
Bulir serpihan hidupku luluh menemani denting hujan ini
Sebebentar senja
Indah…
Terlukis olehnya
Untuk pelengkap syair
Batin menangis darah
Tersungkur dalm jiwa yang mati
Berlinang air mata dalam kebahagian
Saat pelangi muncul di matanya
Tersenyum menyapa…
“”…Wahai pelangiku
Ku setia menantimu
Kini nafas lelah menungu
Bila kau tak datang hari ini, biar kan ku menuggu di kehidupan berikutnya
kan ku tulis sajak terindah untukmu
terindh dari sajak pra penyair di bumi ini
yang kan membunuh para pujangga
meski luka tangan ini mengukirnya untukmu
Bila ku kembali
Kan ku lukis indah pelangimu…
Bukan,
Bukan wajahmu yang akan kulukis
Tapi semua rasa… yang pernah kita miliki
Bukan, bukan pernah…
Tapi selamanya kita miliki …
Kemarin, hari ini dan esok hari …
Semua rasa yang kita miliki …
Menjadi lukisan berbingkai diri…
Dalam naungan cinta-Nya…
Palu, 02 February 2010
00:38 WITA