Berdoalah kepada Yang Maha Pencipta
moga kebahagiaan menjelma
biar jiwa kita terubat dengan harapan
maka janganlah sekali-kali menyerah
kerana jika kita mengalah
sesungguhnya kita telah membunuh harapan
seseorang yang paling dekat dengan kebahagiaan
adalah orang yang percaya harapan sentiasa ada
~ Puisi Arab
Rabu, 27 April 2011
Aku Memilikimu
Aku memilikimu dalam hayalan malamku
malam sunyi sepi dihujat petaka
Aku memilikimu dalam hayalan malamku
malam dingin mengeras jari menggenggam tanganmu
Aku memilikimu dalam hayalan malamku
malam gelap sehampa asap dari mulutku
Aku memilikimu dalam syair puisiku
puisi asal kata ujung air mata yang mengering
Aku memilkimu dalam nada nyanyianku
nyanyian kelam rintihan diantas hamparan tak berarti
Aku memilikimu dalam hembus nafasku
nafas sesak dipuncak-puncak rindu
Aku memilikimu dalam perjalanan nasipku
nasip miskin cinta yang tak dicintai
Aku memilikimu
sejak kini hingga nanti
Aku memilikimu
menyebut namamu
memanggil-manggil namamu
Dan aku kan selalu memilikimu
malam sunyi sepi dihujat petaka
Aku memilikimu dalam hayalan malamku
malam dingin mengeras jari menggenggam tanganmu
Aku memilikimu dalam hayalan malamku
malam gelap sehampa asap dari mulutku
Aku memilikimu dalam syair puisiku
puisi asal kata ujung air mata yang mengering
Aku memilkimu dalam nada nyanyianku
nyanyian kelam rintihan diantas hamparan tak berarti
Aku memilikimu dalam hembus nafasku
nafas sesak dipuncak-puncak rindu
Aku memilikimu dalam perjalanan nasipku
nasip miskin cinta yang tak dicintai
Aku memilikimu
sejak kini hingga nanti
Aku memilikimu
menyebut namamu
memanggil-manggil namamu
Dan aku kan selalu memilikimu
Selasa, 26 April 2011
Dia
Dia, yg di tinggal kekasihnya
melarat rindu disekeping hatinya
terpasung batu diselangkah jalannya
tertutup awan disecahaya kasihnya
...Dia, yg di tipu muslihat cinta
gila melonglong kosong mata hatinya
sekarat diseruang raganya
mati pun dibawa setaburan luka
Senin, 25 April 2011
Selamat Jalan
Deru mesin mobil membawamu
membelah kesunyian malam
dari jalan berbatu hingga yang beraspal
mulai rintik hujan yang tak jua terang
Desa kecil kau tinggalkan
esok terbang menembus langit diatas lautan
untuk kota perantauan
dan keluarga menjadi ketetapan
Singgahlah kelak untuk kami kerinduan
menengok kami yang kini meminang air mata perpisahan
Selamat jalan...
membelah kesunyian malam
dari jalan berbatu hingga yang beraspal
mulai rintik hujan yang tak jua terang
Desa kecil kau tinggalkan
esok terbang menembus langit diatas lautan
untuk kota perantauan
dan keluarga menjadi ketetapan
Singgahlah kelak untuk kami kerinduan
menengok kami yang kini meminang air mata perpisahan
Selamat jalan...
Sabtu, 23 April 2011
Yang berapi dengan kayu disekitarnya
duduk disekelilingnya untuk medatangkan kehangatan
dari api yang menjilat-jilat ke atas langit
seolah memanggil-manggil nama Ilahi
...Dari lembaran yg terbuka
tulisan tentang gunung lautan dan alam yg marah
dari mereka yg memainkan panasnya api
Demi langit yg ditinggikan
untuk keringat yg dikeluarkan
dengan sandaran dipan-dipan
dan bidadari yg amat indah
...dengan mutiara yg disimpan
tercukupilah apa yang menjadi hak-hak
Temuilah hari itu
tanpa ada tipu daya untuk menghindari
Rabu, 20 April 2011
Awal Pagi
Pagi yang indah
pagi yang cerah
nasi sambel teri sarapan pagi
secangkir kopi pelengkap porsi
Pagi yang indah
...pagi yang cerah
melangkah kaki mencari rizki
untuk hidup lebih mandiri
pagi yang indah pagi yang cerah
diawali do'a diakhiri do'a
mengharap ridlo Yang Maha Kuasa
Rabu, 13 April 2011
jawabku, Darimu
I
Saat hari membawaku ke perjalanan membosankan
kau datang dengan sapa senyuman
berbaris waktu di senja yg kian padam
Pada senja pula tersampaikan kerinduan
meski penuh kepahitan
sesuatu yg sama kita rasakan dinamakan Kenangan
II
Ketika sepi meradang hati
kau datang bermahkota kasih
iringi langkah dengan nada ceria
bertunggang kencana nan anggun mempesona
Wahai hati
kau manjakan aku dengan warna pelangi
biarkan aku terus terbuai mencandu dalam nurani
hingga rasa hilang tak sadar diri
Wahai hati
ku mengenang saat tatap batin pertama
dalam ruang kosong kehampaan
III
Seberapa banyak terucap kata dari hati
hingga tak ada kalimat untukku termaknai
andainya tak salah hati
usah sangka untukmu memberi
Kata keluar apa adanya
hingga kalimat menjadikannya suatu makna
darimu, untuk.... (?)
Saat hari membawaku ke perjalanan membosankan
kau datang dengan sapa senyuman
berbaris waktu di senja yg kian padam
Pada senja pula tersampaikan kerinduan
meski penuh kepahitan
sesuatu yg sama kita rasakan dinamakan Kenangan
II
Ketika sepi meradang hati
kau datang bermahkota kasih
iringi langkah dengan nada ceria
bertunggang kencana nan anggun mempesona
Wahai hati
kau manjakan aku dengan warna pelangi
biarkan aku terus terbuai mencandu dalam nurani
hingga rasa hilang tak sadar diri
Wahai hati
ku mengenang saat tatap batin pertama
dalam ruang kosong kehampaan
III
Seberapa banyak terucap kata dari hati
hingga tak ada kalimat untukku termaknai
andainya tak salah hati
usah sangka untukmu memberi
Kata keluar apa adanya
hingga kalimat menjadikannya suatu makna
darimu, untuk.... (?)
Bengi sepi
Menggah mriki wengi kang sepi
nangis moyo saking jro ning ati
bebarengan lintang melaku wonten peteng langit
keiling-iling dawoh kakung saking pikiran
mboten katon ananing paguyuban urip
...
enggal sae sanget dadose
lan elok becik sawangane
dadi ayem tentreme ati
nangis moyo saking jro ning ati
bebarengan lintang melaku wonten peteng langit
keiling-iling dawoh kakung saking pikiran
mboten katon ananing paguyuban urip
...
enggal sae sanget dadose
lan elok becik sawangane
dadi ayem tentreme ati
Senja Buatku...
Senja buatku lumpuh
berpayung hujan tak beralas kaki
pandangan gelap sempoyongan
tak ada sandaran tubuhku terkapar
Senja buatku buta
dihadapkan dinding hujan angin tebal
bagai benteng kejam beranak panah dan perisai baja
tertunduk ku menatapnya
Senja buatku sekarat
menghujam keras tombak kedadaku
berlumuran sesal jiwaku
berkucur padih ujung mataku
rasa yg tak akan hilang oleh waktu
berpayung hujan tak beralas kaki
pandangan gelap sempoyongan
tak ada sandaran tubuhku terkapar
Senja buatku buta
dihadapkan dinding hujan angin tebal
bagai benteng kejam beranak panah dan perisai baja
tertunduk ku menatapnya
Senja buatku sekarat
menghujam keras tombak kedadaku
berlumuran sesal jiwaku
berkucur padih ujung mataku
rasa yg tak akan hilang oleh waktu
Langganan:
Postingan (Atom)