Powered By Blogger

Minggu, 30 Desember 2012

sandarlah dalam jiwaku
eratkan rangkulan tanganmu
biar hilang segala duka
biar tak lagi resah kita rasa
jika duka masih terasa
jika resah masih mendera
tutuplah wajahmu didadaku
eratkan lagi pelukanmu
tenanglah damailah
sabarlah damailah
tinggalakan duka mendera
hilanglah segala resah terasa
kita sambut kasih yang indah
bahagia bersama hangatnya cinta
tananglah damailah sayangku

Selasa, 25 Desember 2012

bunga yang baru mekar
tumbuh segar dipekarangan
warnanya putih kemerah-merahan
muda daunnya hijau menjuntai
dahannya masih rawan patah
karena kepolosannya
yang hanya nuraninya ia ikuti
tanahnya gembur
setiap waktu longsor bisa menjatuhkannya
musim ini angin juga tak bersahabat
badai bisa saja menumbangkan mahkotanya
berjagalah kau bunga
keindahanmu juga manis madumu
Saat di tengah malam jelang pergantian hari
sementara arah tak tau kemana harus berlari
kenyataannya berbeda dengan yang ada
harus alami untuk melangkah bernyanyi
sementara ada rasa yang terjadi
suara detak kecil waktu terus memacu
tak mau berhenti terus mengajak bernyanyi
tak lelah nyanyian nafas meski tak merdu lagi

00:02, Sn 10-12-'12
Dilangit penuh coretan
terlihat kisruh menghiasi
berbuih-buih
ramai menggunjing
mata berkeringat
dari amarah menyampah
coretan langit luntur dihantam guntur
kilat menyambar tebakar asapnya menari-nari
coretan langit hangus hitam gelap
Cinta yang menangis
melayang diawang-awang bebas
akal yang lemah menyelam kelautan indah
sampai nestapa melingkar dileher
karena cinta tak jadi cintanya

Cinta yang menangis
hatinya kosong
melihat kelangit memaki nasib
namanya hanya semu
sedang Tuhannya memberi yang meruah cinta cintanya
tulus-Nya cinta untuk yang dilangit dan bumi

Cinta yang menangis
terpuruk dalam cinta (semunya) cintanya
terombang-ambing diatas cintanya
cinta-Nya pada cinta bersama
dalam suka bahagia
waktu sengsara cinta-Nya ada

Cinta yang menangis
berdirilah sayang
lihatlah sayang, pantaskah cintanya?
sadarlah sayang cintanya semu
sabarlah sayang cinta-Nya ada
kepastian mengambang
keraguan mengendap
harapan melayang
kemana jadi pandu
yang keluar hanya kebosanan
tak ada hiburan

pada samudera sebebas arus
keras berteriak lepaskan beban
menjadi batu karang menunggu ombak

Salam Rindu

Salam Rindu

oleh Ard Ardiansyah pada 5 November 2012 pukul 1:23 ·


Sama seperti kemarin di awal sebelum siang matahari menggelap atau akhir siang hilang matahari lirih menerang.
Segaris senyum hitam sebening mata air didalam lingkaran, ku kenal aku bukan dirinya. Ku dekatkan sebisanya, ia dapat menjauh dengan diam perlahan.
Hujan awal November tak jauh beda yang kemarin, awal akhir matahari hitam gelap pengap tengkurep jiwa yang kering, sumpek. Langit seperti bernarasi, membiru wajahnya haru terlihat kelabu menjadi tabu berlapis-lapis.
Terasakah meski tak terlihat. Yang ku pasti ingat merah muda putih alasnya, hujan reda daun kering berguguran disetiap langkahnya semikan musim berbunga.
Namanya ku panggil tapi tak ku sebutkan kerongkongan gatal tak beriak ludah mengental ingin muntah air mata berdarah hati ku geli.
Lagu Iwan Fals terdengar, "Rambutmu matamu bibirmu ku rindu, senyummu tawamu candamu kurindu." ungkapan hati disahut Bunga Band "Bayangmu selalu terbayang dalam setiap angan, yang tak pernah bisa hilang walau sekejab Ingin selalu dekat denganmu enggan hati berpisah larut dalam dekapanmu setiap saat setiap saat...".
Seperti kata pujangga, cinta yang sedang meraja. Cinta-cinta yang dengan tidak sederhana tak ingin sementara, selamanya ku minta. Sayang, ia semakin jauh tak ku kenal dekat tak ku tahu laku apa lagi membaca guratan kata-katanya.
Aku tak bisa jadi sastrawan dengan ribuan tandingan apa lagi jutaan kritikan ia pasti tak akan membaca karyaku. Hujan enggan berhenti, jadi hambar dan getir langit tak lagi biru namun kelabu.
Ternyata sukar menggambar pelangi ketika halilintar menyambar atau setelah gemuruh badai. Berharap pelangi guratanku terinjak langit hari.
Apalah uraian keadaan ini? Rindu haru biru kelabu.
Didesa ku lihat awal matahari, dikota ku kejar akhirnya, senja. Senja yang merona ketika sisi matahari yang landung tenggelam dicakrawala.
Aku tak mau diam, tak mau jiwaku terjajah. Maka ku nyatakan rasa, "Aku rindu padamu" walau ia diam. Suara Babeh Iwan Fals terdengar "Dan ku akui tanpa kemunafikan ku cinta kau..."
jelang hari berganti sampai tengah malam ini hirup aroma kopi.
Lagit hitam tak lagi biru haru. Tak lagi terlihat segaris senyum tersembunyi dari wajahnya. Masihkah bisa ku temui dirinya walau fajar masih hitam melingkar?
Kuncup telah lama berbunga, ku jaga-jaga tak layu tambahkan semangat baru. Awan berarak putih bukan jingga. Salam rindu pelita cahaya dihatiku tak pernah surut terus berkembang karenamu rinduku.
Tenanglah sayang
dekatlah disampingku
biarkan mereka berkata apa
cinta ini milik kita
rindu ini kita yang rasa
usahlah mengangis
kupeluk selalu dirimu
agar kedamaian selalu menaungi jiwa raga serta hatimu

#...gm

Minggu, 23 Desember 2012

Apa yang telah kita lakukan hari in? Atau, apakah yang telah Tuhan lakukan untuk kita hari ini?

Batu yang gusar diseret luapan air hujan
kenapa angin bertiup mengoyangkan daun-daun
langit sadar akan hakikatnya
bumi merasa tak nyaman
gunung diam merenung
hari membawa sejuta cerita
malam tenangkanlah

kopi yang hangat menjalar aromanya
tertenggak menghangatkan jiwa dan pikiran

Jumat, 21 Desember 2012

Butiran-butiran kecil bening masih ramai menjatuhi bumi
seperti mengembun dipucuk daun menjalar kedahan
banyak yang memuara menggenang ruas-ruas jalan
tak lepas senyum langit yang putih memburam
melihat jajakan kopi si tua berpayung hitam
dengan selendang terikat didada memanggul beban
perlahan lenyap ditelan nyiur daun-daun yang menunduk
tetap butiran kecil-kecil bening terus bertasbih

Rabu, 19 Desember 2012

Tolong rasakan dalam hati
ketika sepagi ini kau bermimpi
daun-daun yang bergoyang
membuat embun berjatuhan
kabut mengambang di awang-awang
selimuti cahaya penerang jalan
lantas mimpi apa yang kau harapkan?
kembangkanlah do'a
berbuat tanpa harus menunggu hasil
dalam proses kau nikmati pelaksanaan kata
disana matahari menjatuhkan cahaya
bunga-bunga bermekaran
kupu-kupu menari-nari

Selasa, 18 Desember 2012

Dia dalam cerminannya sendiri
ia menari memutar seperti kupu-kupu
seperti seonggok daging yang busuk
kering dan hampa jiwanya
semakin rusak bangunan batinnya
jiwanya terus mengerang kesakitan
setiap ia memahami dirinya
bertanya-tanya pada diri sendiri
hatinya merintih dalam diam
seringkali jiwanya menghujat
betapa rasa sakit batinnya
setetes air matanya jatuh
mata yang menatap kosong dalam merenung
apakah ia akan terus menari menyiksa batin sendiri
apakah ia bisa bernyanyi seperti dulu bagaikan mawar dimusim semi
betapa rindu yang membuncah pada masa lalu
ia tak tahu harus berbuat apa
batinnya masih merasakan perih

01:08, Sel 18-12-2012

Senin, 17 Desember 2012

Mengurai kata didalam samudra diatas cakrawala
terbaring diatas bumi menatap langit yang gamang
air mata tak lagi berduka
menatapmu aku tak bisa menipu nurani
pada lingkaran suci aku mencintaimu

aku relakan rindu yang jadi prahara
tak lagi memaki angin yang melubangi paruh hati
mata merah hati berdarah lontarkan marah
semua telah pasti cinta ini tak pernah berarti
senyum ramah dalam amanah aku pasrah
bahagia ku melihatmu bahagia

Minggu, 16 Desember 2012

Ku t'lah lelah menunggu
kemarilah sayang dekat padaku
ada sedikit rindu yang tak pernah mati untukmu
dekapkanlah pelukanku
eratkan dengan kasih sayang
udara disini dingin merasuk sampai ketulang
tak ada sesuatu yang menghangatkan kecuali tubuhmu
sebab tak ada kopi disini
kecuali rokokku menjadi inspirasi tentangmu
tak usah ragu untuk kepastian cintaku
biar kata pelan berjalan kaki
namun pasti kan abadi
biar ditawar kembang seribu rupa
kau tetap satu selamanya

Sabtu, 15 Desember 2012

Pagi yang hangat
kau hangatkan aku
terasa sampai ke tulang
kau suguhkan aku dengan keindahanmu
kau manjakan aku dengan bayang-bayangmu

sejenak ku memegangmu
ketika tumpah cahaya matahari
keringkan hati yang berduka
serupa mega habiskan subuh

pagi yang terang kau terangi bumiku
tumbuhkan tunas hijau
mekarkan bunga-bunga
kau hembuskan aroma ke jiwa
sadarkan aku pada mimpi-mimpi

Jumat, 14 Desember 2012

Anjing malam terbaring dibalik pagar besi berwana hitam. Melihat ia ke depan, keluar dipucuk-pucuk pohon. Lidahnya terjulur menjilati kemaluaannya yang terjepit disudut kenyataan. Matanya berkedip digaruk kaki kanannya yang tertikam jarum waktu yang milingkarinya. Punggung yang menggerus aspal hitamkan beban. Anjing malam berkaca pada kubangan, melihat wajahnya ia tahu itulah minumannya. Makanan di tiap jalan jadi suguhan disela lukanya. Menjajal untuk tetap hidup pada harap yang bertumpuk.
Masih belum bisa...
Jika Kau ciptakan rasa ini kepada anak manusia, karena rindu tak pernah padu tersiksanya batin yang ku adukan kepada-Mu menjadi dilema oleh adanya cemburu. Berujung pada air mata tak pernah padam remukkan cinta yang karam.
Sampai waktu ku datang nyatakan keadaan, berharap untuk menghindar di persimpangan tentukan pilihan. Engkau tau tak pernah terbuka ku temukan kecewa, berkali ku coba masih saja tak bisa...

Kamis, 13 Desember 2012

Dimana tempat berpijak
ketika merasa tak hidup lagi
katakan langit enggan menurunkan hujan
karena cahaya lebih cantik diselimuti
hanya luarnya yang terasa
entah bagaimana

Rabu, 12 Desember 2012

Ada asap dimatamu
mengepul melingkari duniamu
karena bara tetap mengaga
arang menjadi busa
menetes lewat sela-sela
kau tekuni
dengan handuk kau mengusapnya
setelah bara api padam

Selasa, 11 Desember 2012

Nampak kusam
ujung yang terkoyak

segala yang terasa
menumpuk diberanda

waktu tetap berjaga
cita-cita masih ada

masih sama tak berubah
dibalik dinding berbatu
masih merdu
merayapi mengusik langit kelabu

Kamis, 06 Desember 2012

Angin datang keberanda
melewati celah-celah yang terbuka
lewat mata indra
merayap ke dada

ada daun yang bergoyang
melempar embun ke tanah
seperti benih yang murni

menulis puisi puisi
dengan kata sederhana
dengan bahasa sederhana

mengalir seperti air
berkobar seperti api
ada ranting jatuh
mengambang menjadi abu

pulanglah jingga-jingga
pergilah dengan pasti
matahari dan bintang
masih terasa sepi
dalam diam terkenang

Rabu, 05 Desember 2012

matahari menjatuhkan cahaya ke bumi
sedang hujan tak hanya menyisakan embunnya
daun yang bergoyang menjatuhkan hujannya
dihembus angin memercik ke jiwa
sayang hujan segera berhenti
ketika matahari kembali terselimuti
teramat dingin yang ada kini
tanpa kehangatan secangkir kopi
Bibirnya menatap kepadaku
senyum yang hancur oleh air mata
tangannya menggenggam ke dadaku
suara yang tertahan dari ratapan
rambutnya menutupi mata dan separuh bibirnya
sedikit basah oleh keringat air mata
seperti membeku tanganku diatas pipinya
serasa tak bisa ku tahankan
seolah ditamatkan ku dekap duka yang menyiksanya
bibir yang menempel di keningnya menjadi pilihanku
seraya mengerat lagi dekapannya
menjadikan dadaku ikut menangis

Selasa, 04 Desember 2012

Bunga mawar
menumpuk di atas suar
terlihat ranting panjang
tumbuh didalam keyakinan
bersemi dia bersemi
lahir didalam bahagia
menciptakan memasuki lingkar kedamaian

langit biru
memenuhi hari-harinya
jiwa yang bersuka
hati yang bahagia
telah suburkan harapan
menyanyi bunga-bunga menyanyi
suaranya memuja-muja
bunga mawar bersuara lantang
membakar ketakutannya
menggerai penjara batinnya
Ku senang didekatmu
ada canda suka senyummu
kau batu karang yg tetap tegar
jalani hidup yang kian sukar
memang begitu adanya
banyak hal yang jadi pertanyaan
katamu adalah ketegaran jiwa
menghangatkan tubuh yang beku
cahaya penerang yang kegelapan

kini kau sakit
badanmu sakit
ini hanya sementara
lekaslah sembuh
dan kembali mancing
tetaplah begadang dan minum kopi

Senin, 03 Desember 2012

Seperti apa warnanya langit diantara gelembung-gelembung yang bergerak liar menutupi matahari dan terpecah tak beraturan arahnya...

Terlihat seperti tanah yang gembur ditata diantara tanggulan yang retak sebab air mengalir dan jatuh dari langit bermuara didalamnya...
Dijalan ada anak-anak
tangannya digenggam ibunya
anaknya menangis digendong bapaknya
anaknya kegirangan dipangkuan ibunya
anaknya merengek pada bapaknya

anaknya melompat kejalan
ada hujan...
anaknya berlari dengan baju pesta
menjinjing pundak tundukan kepala
meneteng harapan ditangannya
dirumah ada mimpi dibalik jendela
ketika anaknya mengunci pintu rumahnya